Sabtu, 06 September 2014

Kalo Kehabisan Ide, Ini Solusinya

Kehabisan ide adalah kiamat bagi seorang blogger. Di dunia yang sudah serba informastif ini, masak masih ada saja kekurangan ide. Semua blogger merasakannya. Bahkan bagi blogger pemula macam ane, kekurangan ide seperti ini ane rasakan berkali-kali. Suntuk banget kalo ide lagi sembunyi.  Ane berteriak keras-kerasa dalam jiwa : "HEI, wake up...Internet sudah kepasang, lha kok masih kekurangan ide".

Tuntutan atau hanya sekedar menjadi pemuas diri? Percampuran antara keduanya kalo saya bilang. Berkali-kali ane katakan bahwa menulis ada hobi, toh kadang ane rasa juga tulisan-tulisan ane berasa garing karena hanya celoteh encer belaka. Mirip air putih tanpa rasa. Hambar.

Pikiran ini berjuang keras. Kudu bagaimana untuk memanfaatkan potensi di tengah kekurangan yang mengungkung ; informasi yang   beragam di batasi oleh keterbatasan ekspresi penulisan. Duh...Mangkel rasanya, gemes, I'm really stuck to write. But, I'm not exausthed.

Kegalauan seperti itulah yang membawa ane berkelana dari blog ke blog. Membaca tips dan trik. Dari berbagai tips itu, yang paling maknyus adalah : stop quiting and start write.

Toh juga informasi ATM (Awasi Tiru Modifkasi) sudah sering muncul dan disampaikan. Kenapa gak dipraktekkin. Dasar bodoh! Sudah tahu caranya masih tetep saja gak dipratekin! Inilah kesalahan pertama ane ; tidak berani praktik.


Tiru tidak hanya sekedar meniru. Toh otentisme itu tidak ada. Yang ada adalah postulah-postulat baru yang muncul dari hal yang sebelumnya ada. Jika dalam bahasa fiqihnya "A-muhafazotu alal qodimi as-solih, wal akhdu bil jadidil ashlah". Mengambil hal baik dari yang sudah ada. Disinilah kementokan ide terobati.

Jaman di pesantren dulu, ane aktif di jurnalisme kecil-kecilan. Kita disitu adalah kru yang merawat dua lembar majalah dinding. Yang meskipun hanya dua lembar, tapi ada semangat membara untuk belajar menuliskan ide melalui mulut orang lain. Kita wawancara ke guru-guru akan sebuah peristiwa, atau wawancara ke sesama teman untuk mengulas seuatu yang sedang marak. Jika kesulitan menuliskan berita, yang kita lakukan adalah melihat koran. Membaca koran itu paragraf per paragraf. Karena koran sangat saklek dengan kaidah 5W+1H, kita tinggal tiru saja gaya di koran lalu kita masukkan informasi yang telah kita himpun dari wawancara. Semuanya terasa mudah.

Saking biasanya berbuat demikian, lama-lama menulis berita hanya menjadi aktifitas biasa saja. Kenapa? Tak lain karena kita sudah terbiasa. Menulis berita sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Hal ini sangat dimaklumi jika ditilik dari bagaimana sebenarnya otak manusia dilatih. Otak manusia yang sangat mulia itu dilatih berdasarkan pengalaman. Otak tersebut menghubungkan antar neuron ketika kebiasaan baru dibentuk. Lama kelamaan, otot-otot neuron tersebut menebal, menguat dan pada puncaknya membuahkan reflek. "Ala bisa karena biasa kata orang kuno", dan menurut ane : "biasa karena terpaksa :)" hehehe...

Berangkat dari situ, ane tergugah pengalaman tujuh belas tahun yang lalu itu. Ane berterima kasih pada kebiasaan lama dan ide "meniru" yang dulu dilakukan untuk membentuk sbeuah kebiasaan. Untuk blog ini, akhirnya ane cetuskan halaman "intermezzo" untuk mengisi hal-hal yang mungkn luput dari pandangan kita selama ini.

Namanya juga intermezzo, ia bisa apa saja. Asalkan memenuhi satu kreteria : ringan dan moga-moga bermanfaat.

Inilah sekelumit kalimat pembukaan untuk halaman kita yang baru. Selamat membaca kawan.