Sabtu, 30 Agustus 2014
Akhirnya Konak Eh Konek Dari Rumah
Terlalu Capek Dengan Harapan
Gak Papa Norak Asal Jujur
Kecanduan Malas : Awas Terhadap Pikiran Menjadi Sempurna
Jumat, 29 Agustus 2014
Langganan Internet First Media
Meniru Gotong Royong Dari Etnis Tionghoa
Teman, ada ungkapan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Persatuan dan kesatuan itu wujudna bagaimana? saya kok masih penasaran bagaimaan mengejawantahkan pesatuan dan kesatuan dalam lini kehidupan.
Kapitalisme yang secara subyektif ane katakan : sudah mendarah daging dalam sumsum tulang belakang kita saat ini, membuat siapa saja bisa bercerai. Gak peduli suami-istri apalagi hanya sekedar teman.
Untuk menilai wujud pesatuan dan kesatuan, baiknya ane cerita perjalanan temen ane yang sekarnag buka toko galangan bermodalkan 100 juta saja. Bagaimaan bisa? bisa...
Jadi dia dulu buka koter service hape di daerah tengah kota jombang. Usahanya mantap sih, banyak customer. Dia pake sistem bagi hasil dengan semua yang nyervis di tempatnya. Tapi kayaknya usahanya sekarang lagi seret. Ia pun ngaku akan menutup tempat itu dan pindah ke bisnis lainnya.
Teman ane itu adlaah orang tionghoa. Ayahnya adalah tukang jual mie yang terkenal enak di jombang. Sang ayang mendidik dengan keras bahwa kalo ada orang mau tahu--keepo-- dengan apa yang kita lakukan, jangan pelit ilmu. Berita tahu apa yang pengen mereka tahu.
Nasehat sang ayag itu terbukti. Banyak sekali pegawai ayahnya yang sekarng buka warung mie sendiri dan sukses. Mensukseskan orang lain dengan memberi mereka kail adalah sebuah kepuasan tersendiri.
Pindah bahasan ke temen ane ini. Jadi dia buka toko galangan dengan modal 100 juta. Lho kok bisa? Ya bisa, jadi ternyata si temen ane tersebut hanya buka toko saja, sedangkan supply barang didapatkan dari teman-teman sesama etnis tionghoa yang berani supply ke situ. Beres!
###
Bentuk persatuan dan kesatuan minoritas itulah yang layak ditiru. Memang dulu kita masih jaman penjajah, orang-orang yang pengen merdeka seakan adalah orang minoritas. Para founding fathers itu rela untuk mengorbankan apa saja demi kebersamaan.
Dan kebersaama saat ini teruangkap dari cerita temen ane diatas. Itulah makanya kenapa minoritas tatkala bangkrut cepet lagi bangkitnya. Jawabannya pun Anda tahu, bahwa mereka menerapkan prinsip membantu sesama komunitas agar makmur bersama.
Sudahkah semangat itu ada dalam diri kita? Atau jangan-jangan sudah tabiat kita untuk tidak senang melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain sedang kesusahan?
Salam...
Menulis Sambil Berbisnis
Ane mendefenisikan pekerjaan ane dalam dua hal : menulis blog dan memproduksi barang. Emang jurnalistik bukanlah pekerjaan ane, tapi sejak dulu di pesantren, ane ikutan mading pondok yang ane dalemin selama 8 tahun. Disitu ane jadi wartawan gadungan yang coba-coba melatih mental dengan mewawancari orang lain lalu menulis bereita darinya. Beriita hasil ketikan kita saat itu diprint, dan ditempelkan dalam mading yang terletak di jantung pondok kami tercinta.
Dari situlah ane bisa mengetik di keybaord dengan kecepatan yang sempurna. Kalo ada orang mau tes-tesan nulis di keyboard, bolehlah saya ikutan lomba dengan dia, siapa yang paling cepat untuk mengetik selembar. Dan kebiasaan ini pulalah yagn menjerumuskan ane untuk mengetaik langsung dan menulis apa saja ; dari buku harian, blog, blog teman, dkk. Dunia menulis menjadi kebiasaan harian sejak saat itu.
Hingga detik ini, menulis pun menjadi bagian hidup saya. Saya emang bukan seorang penulis. Kalo Anda baca tulisan-tulisan saya, lebih banyak tulisan-tulisan yang bergaya standar. Sastranya tidak ada karena eman daya pikri saya untuk menciptakaan kata-kata baru tidak melekat sama sekali. Ane lebih suka menulis dengan gaya apa adanya. Macam orang ngomong ngalor-ngidul, ya semacam itu.
Jadilah ane menawarkan diri untuk membatu publikasi teman-teman sekitar. Misalkan saat ini ada tiga teman yang saya tawarkan untuk membesarkan blog mereka. Saya dengan senang hati akan menulis rutin di tiga blog itu agar usaha mereka bisa dikenal dan akhirnya berkembang. Masalah nanti berkembang atau tidak, saya pun tidak tahu, yang saya tahu adalah : saya menulis di blog mereka.
Emang kenyataannya saya sekarang bekerja sebagai sales mesin hidraulik. Itupun atas bantuan teman yang kebetulan kenal dengan yang punya perusahaan. Saya mengiyakan tawaran itu, karena kebutuhan bulanan menuntut untuk mencari uang. Jadilah saya bergaji 2,5 jt perbulan. Sudah satu setengah bulan saya kerja disini, gaji peretama saya terima dengan senang hati. Saya buat bayar vespa 500 ribu dan sisanya amblas untuk memperbaiki vespa.
Saya memang penggemar vespa, dan ini adalah vespa pertama yang saya beli dengan cicilan. Vespa PX 150 tahun 1979 milik kakak teman yang memasukkan saya di perusahaan swasta ini.
Awalnya saya coba cicil itu barang selama lima bulan, tapi entah karena satu dua sebab, yang punya sepeda minta dicash-i bulan ini. Saya yang kadung cinta sasma vespa itu dan sudah mengeluarkan gaji pertama untuk merombaknya, harus degnan sumeleh merelakan gaji kedua nanti untuk membayar sisa uang vespa tersebut.
Tapi tak mengapa,,,toh juga vespa sudah di tangan. Kalo lain hari ndak ada duit, ya gimana lagi, kudu ane jual. Tapi bukan vespa itu fokus saya. Vespa ini adalah hobi, dan yup, benar hobi, saya pun kudu membatasi disitu.
Pikiran saya adalah bagaimana saya bisa memnulis dan berbisnis dalam satu waktu? Saya suka sekali dengan bisnis, sudah banyak bisnis yang saya lakukan dan semuanya gagal. Kini, saya sudah tekad bulat untuk merambah satu jenis usaha ; makanan ternak. Dan why not? Sumberdaya ada, tenaga ada, kemampuan ada, tinggal ekskusi saja.
Pikiran saya pun gak muluk-muluk. Gak mikirin pemsaran dahulu. Yang teprenting sekarang adalah : bagaimana produk atas nama pribadi saya itu bisa jadi. TItik!
Produk ini wajib. Wajib 'Ain kalo hukum fiqihnya. Ndak ada toleransi kalo ndak bisa terwujud. Niatan menjadi pengusaha sekelas Bob Sadino, Sandiaga Uno, Jaya Setiabudi, dkk sudah ada di ubun-ubun. (Kok terlalu melip sihi..astagfirulloh) interupsi-interupsi. Mereka adalah panutan asya dan biarkan saya mengikuti jejak mereka, untung-untung kalo ditakdirkan seperti mereka. Hehehehehe....
Saya jalani apa adanya aja deh...Target pertama: Produk hasil karya ane jadi. Itulah target pertama yang kudu ane laksanakan dalam 2 bulan.
Lebih dari itu? Ndak tahu....Tapi saya punya bayangan seperti ini :
-Menulis blog dan mengupdatenya dengan cerita perjalanan membangun bisnis ane dari awal.
-Menulis apa saja yang berkaitan dengan dunia yang ane tekuni.
Indah sekali. Saya dapat dua hobi sekaligus : berbisnis dan menulis. Bisa saya rangkum jadi satu. Ah, memang inilah yang saya pengeni. Inilah yang saya pengen nikmati.
Cukup samapi disini dulu, nanti diupdate lagi. Thanks
Lha Terus Ane Kudu Gimana Gan?
"Harus mengajukan perimntaan apa kepada Tuhan? Bukankah manusia cenderung mnta apa saja kepada Tuhan sehingga terkesan dia sendiri malas berusaha? Saya tidak mau Tuhan mengejek saya sebagai orang yang bisanya hanya berdoa. Saya tidak mau Tuhan mengatakan kepada saya : Untuk apa kamu saya beri otak kalau sedikit-sedikit masih juga minta kepada-Ku?" Dahlan Iskan(Ganti Hati)
Kutipan dari Dahlan Iskan diatas sengaja ane cantumkan untuk mengusik diri ane sendiri. Bahwa, segala sesutu juga kudu dilakukan dengan kemampuan diri sendiri, tidak hanya dengan doa-doa- dan doa melulu.
Ane bukan menafikan doa, apalagi ana adalah orang yang percaya keberdaan Tuhan. Tapi kadang ane menempatkan porsi tidak pada tempatnya, ane kadang bingung dan menyalhakan apa yang kudu disalahkan. Menyalahkan keadaan, menyalahkan situasi dan kondisi, dan menyalahkan siapapun yang kudu ane salahkan. Padahal sebenarnya tidak ada yang salah, yang salah adalah diri ane sendiri.
Orang seperti ane tidak sadar akan kemampuan diri ane sendiri. Okelah, sekarang Anda bisa menyimak kalo sebenarnya ane suka menulis, nah itu kemampuan. Tapi ane gak sadar akan hal itu. Di lain pihak, ane semacam punya semangat marketing tinggi, suka door to door untuk memasarkan barang orang lain. Lalu mengapa ane gak ciptakan barang sendiri yang bisa dijual sendiri dan di menej sendiri?
Keberanian untuk mengakui kemampuan seperti itu adlaah kelemahan. Ujunng-ujungnya adalah hilangnya kesadaran bahwa sebenarna ada banyak kemampuan pada diri ane. Dan itu kawan, uniknya, setiap manusia PASTI punya kelebihan berbeda-beda. Cuman masalahnya pandangan mata, hati dan kesadaran seringkali kabur untuk menilai bagaimana sebenanya diri kita masing-masing.
Saat pandangan kabur seperti itulah, ane sendiri butuh cermin untuk berkontemplasi. Cermin itu bisa dari diri sendiri, bisa juga dari kritik orang lain, bisa juga dari sebuah kejadian yang menggugah kesadaran. Cermin itu banyak sekali, tinggal pintar-pintar kita saja untuk berhenti sejenak, menelaah kembali, dan mengambil hikmah darinya.
Dan bagi ane, cermin itu datang malam hari kemaren. Saat ane dicuci habis-habisan oleh teman. Dia tidak mengkritik saya, dia menceritakan dirinya sendiri dan dari kritikannya itulah ane dapat sesuatu yang menggugah, sesuatu yang membuat ane bangkit untuk pertama kalinya.
Kemaren malam adalah tonggak pertama saya menjadi berani. Tangguh untuk mengambil resiko. Dan resiko itu bernama : kebangkrutan.
Dari sini, ane dapat sesautu, apa itu? Untuk menjadi seorang yang sukses, kudu mengambil langkah berani. KIta pun tak tahu, apakah langkah itu benar atau salah toh kejadian setelahnya kita juga tidak akan pernah tahu. Tapi keputusan untuk mengambil langkah tertentu adalah sebuah bentuk usaha pribadi untuk mengadu nasib dan menjalani takdir.
Apakah takdir saya akan bangkrut? Who knows, atau malah akan berhasil? Who knows too...Semuanya masih menjadi rahasia. Yang bisa saya sediakan adalah : keterampilan untuk mengelola diri menjadi berhasil. Kalo pun sudah dikelola dan gak berhasil, itu urusan lain, berarti takdir menyuruh saya untuk sumeleh dalam sebuah bidang yang saya tekuni.
Singkat kata, insiprasi kemaren malam adalah : membuat produk sendiri. Inilah yang kudu ane lakukan dengan segera. Bahwa produk yang mumpuni dan yang ane ketahui cara pembuatnanya dari A-Z hingga distribusinya ada di tangan saya. Ini adalah cikal bakal menjadi seorang pengusaha. Sukses atau gagal saya ndak tahu. Saya hanya akan menjalankan hal-hal yang "kiranya" membuat saya sukses.
Produk itu bernama pakan ternak. Dan kawan, inilah hal yang saya kerja sekarang. Mula-mula saya mendata, apakah ada sumberdaya yang bisa saya gunakan? Otak lalu bilang ; ada! Ane punya pick up, punya sebidang tanah untuk menumpuk barang dijadikan gudang. TInggal sekarang mencari rumput, jerami, dan biang bakterinya saja.
Kedua, ane juga mencanangkan untuk membeli mesin penggiling jerami yang harganya 3 jtua rupiah. Itu setara dengan gaji ane sebulan setengah bekerja sebagai sales. Ndak papa, toh itu juga merupakan investasi nyata.
Target ane pun gak muluk-muluk. Simple saja. Ane belum berpikiran untuik mengembangkan usaha ini jadi seperti PT Wonokoyo, Cheil Jeddang, Charoen Phokphand atau apalah, ane hanya simple saja dalam target.
Kalo sampeyan tahu target ane, menghitung seluruh pengeluaran untuk setiap detail pupuk yang dihasilkan sekarung beserta alat-alatnya, dan mengembalikan modal dengan menjual pakan ternak tersebut.
Yup, target ane adalah : BEP dahulu. Itu saja, dan itulah target ane satu-satunya sekarang. Mengitung biaya produksi, plus biaya pemsaran, plus juga biaya trasport dkk lalu mengembalikan itu semua sudah membuat saya menajdi puas.
Hal utama dari pembelajaran kemaren adalah : keberanian untuk menciptakan produk sendiri. Sebagai seorang usahawan, produk ini penting. Karena denganya kita mengais pundi-pundi rupiah.
Kalo Anda lihat, banyak sekali produk yang berseliweran dan itu diproduksi dari pabrik-pabrik besar. Kalo anda sekrang duduk di pinggir jalan, coba lihat : tepung untuk makanan itu diproduksi dimana, cabe, sayur-saryuran, meja, kursi, dll adalah potensi yang diproduksi besar-besaran.
Hanya orang berani dan BERANI --ane ulang sekali lagi karena emang itu kuncinya--adalah orang yang bisa mengambil kesempatan dari hal tersebut.
Demikian catatanane untuk kali ini. Selamat siang. Selamat hari jumat.
Mental Minoritas
Pagi tadi saya sudah diwanti-wanti untuk ikutan hadir dalam tasyakuran yang diadakan di rumah kakak kedua saya. Ibu saya paling sengit untuk masalah mengingatkan ini, karena menurut beliau, ane sering kali lupa akan sebuah janji.
Seperti minggu yang lalu, ane sudah dijadwal untuk mengantarkan ibu menagih hutang di mojokerto. Sejak Sabtu ane dah keliaran keliling kota pake vespa. Minggu dini hari, ane lanjut ke rumah susun di kawasan gunung sari untuk ikutan main pe es, dan kebetulan ada teman dari jawa tengah yang sengaja datang kesitu untuk urun rembug. Jadilah ane tidur sampek sore hari dan lupa akan janji yang sudah seminggu dibuat itu. Ane baru sadar tatkala malam harinya, pas ane makan di rumah makan milik teman di kawasan deltasari, dengan sengaja ibu menelpon dimana sebenarnya keberadaan ane. Melalui panggilan telpon itulah, ane jadi ingat bahwa ada janji yang sudah saya ingkari.
Untuk tasayakuran ini, ibu gak ada toleransi. Sejak pagi diingatkan, pas pun di tengah pekerjaan, ane ditelpon untuk tidak lupa. Dan begitu selepas kerja, ane masih ingat dan ternyata perkiraan ibu tentang banyaknya janji ane yang mbeleset ternyata salah ; bahwa saya sudah bertekad bulat untuk datang pada acara tasyakuran itu.
Memang saya datang terlambat. Sebelum berangkat, saya terpaku untuk melanjutkan membaca buku karya Dahlan Iskan yang fenomenal itu ; ganti hati. Saya niatkan untuk membaca tiga bab lagi karena emang saya ketagihan dengan tulisan-tulisan yang ada di dalamnya. Jadilah ane selepas magrib masih membaca buku itu.
Keisengan pun datang. Mengapa ada semacam niatan baik untuk memasakkan pacar. Saya telponlah dia, saya tawari apakah mau saya buatkan mie di rumah plus telor goreng? Dia jawab mau, jadilah saya masak. Dan itu semua baru selesai selepas isya'. Habis isya' saya langsung mandi, ganti baju, dan tergopoh-gopoh membungkus mie rebus, ditambah telor dan sedikit nasi. Saya hantarkan itu bahan makanan ke kekasih tercinta, dan setelahnya saya ngebut pake vespa ke pagesanan, rumah kakak saya.
Sampek tempat, susana sudah ramai orang. Mereka sudah pada makanan. Ini menunjukkan kalo saya terlewat untuk ikut pengajian dan mengaji--kalopun ada--yang jelas ceramah agama tidak ada disitu. Acaranya pun sederhana dan diakhiri dengan makan sate dan gule. Saya baru tahu kalo tasyakuran ini adalah syukuran kehamilan ketiga kakak saya setelah anak keduanya meninggal dunia tahun lalu.
Habis acara pengajian, ane ikutan bantu cuci piring. Minta ampun banyaknya. Tapi tak mengapa, tak hina seorang cowok ikutan cuci piring. Toh ini juga sebagai ganti saya yang terlambat bukan? Masak hanya ikutan makan dan gak berbuat apa-apa. Meskipun kadang dalam budaya jawa laki-laki ditempatkan di maqom istimewa, tapi saya tak gubris hal itu. Sebagai seorang manusia, menjadi setara adalah penting. Sama pentingnya dengan acara pengajian itu sendiri.
Selepas cuci piring, saya minta jatah satu porsi gule untuk saya hantarkan ke temen saya yang digunung sari itu. Tempat dimana anak-anak sering berkumpul untuk bercerita atau mungkin hanya numpang tidur disitu. Paling banyak tentu main play station.Tapi itu saya anggap bonus saja, toh sudah ratusan ribu --kalo saya mengibaratkan begitu banyak jam-jam yang terbuang karena hal ini--kali ane main pes, toh itu juga saya masih kalah melulu. Bosan karena kalah, tapi juga penasaran kenapa setelah belasan tahun bermain game yang sama tapi tetep kalah juga. Rasa penasaran dan kekalahan mengakibatkan makin banyaknya jam yang terbuang. Begitu seterusnya seperti lingkaran setan.
Cerita menarik justru terjadi setelah itu. Saya haturkan itu satu porsi nasi gule yang lezat, setetalh itu bermain pe es --yang aman ane masih tetep kalah. Dan di game keempat telpon ane berdering. Rupanya teman dari Jombang telpon. Entah ada angin apa kok dia telpon. Jarang sekali dia telpon, apalagi di tengah krisis ekonomi yang sedang menimpanya sekarang.
Kita pun ngobrol disitu banyak sekali. Isinya adalah terutama tentang kegelisahan masalah pekerjaan. Dulu teman ane itulah yang mengajak ke papua untuk jadi penerjemah. Alhamdulilah pulang dari Papua, keberadaan ane makin "makmur" dari sebelumnya. Dan teman ane ini, mungkin karena salah menej atau bagaimana masih berjibaku dengan pendapatan. Ia sudah berkorban banyak ; kalah dalam forex senilai 25 juta, beli gadget terus-terusan, biaya hidup yang tinggi mungkin sehingga sepulang dari papua ia tak membelikan aktiva ataupun pasiva.
Dan sekarang kegalauannya makin bertambah karena panggilan balik ke papua tak kunjung datang. Pendapatan bulanan juga tak ada. Padahal keahliannya sangat mumpuni kawan. Ane gak gemen-gemen, bahasa inggrisnya boleh di tes, dan saya berani mengatakan, dialah ahli bahsa inggris se-freeport. Walaupun orang lokal, tapi kalo ngomong inggris, mungkin Anda mengira kalo dia sudah kayak orang Amerika saja.
Lebih dari itu, pada tahun 2008-2010, selama dua tahun intensif dia menyhiapkan diri dalam hingar-bingar tes CPNS. Sembilan kali (baca 9) dia masuk tes wawancara akhir, dan 9 kali pula ia gagal. Akhirnya dia skeptis terhadap tes CPNS yang sekarang lagi dibuka lagi. Usulan ane supaya dia ikut tes CPNS pun kandas, karena memang dia tidak dimudahkan dalam urusan tes yang satu ini. Sembilan kali masuk babak akhir dan tak ada satupun yang lolos menjadi isyarat bagi dia, seolah mendapat pesan dari langit untuk berhenti dan tidak ikut tes CPNS lagi.
Kegelisahannya kali ini menjadi semacam seminar motivasi GRATIS bagi ane. NIlainya bagi ane adalah setara dengan biaya seminar yang bahkan nilainya belasan juta. Ane gak ngecap kawan, karena setiap lontaran-lontaran curhatnya bernilai dan bermakna dalam bagi diri saya. Ane adalah orang yang beruntung pada malam itu karena mendapatkan banyak wejangan dari dirinya.
Misalkan tentang menjalani hidup jadi PNS dan bisa jadi kaya raya. Dia pun menolak kalo PNS bisa kaya, karena sejatinya menjadi PNS adalah menjadi pelayan rakyat. Tidak mungkin akan kaya karena memang gajinya hanya segitu-segitu saja. Kalo pun ada PNS yang jadi super kaya, harus dan wajib dipertanyaakan darimana kekayaannya itu berasal.
Ia pun menghina dirinya sendiri dan menertawakannya dengan ikhlas. Ia setuju kalo memang bangsa kita ini bangsa babi. Ups, jangan tersinggung karena memang begitulah kenyataannya. Dulu kita berprinsip ; bersatu kita teguh, bercerai kita nikah lagi, eh salah, bercerai kita runtuh. Kini banyak orang yang lebih suka bercerai saja. Semua pada ngurusin masalah individunya masing-masing tanpa memperhatikan sesama saudaranya. Dan itulah sebab kenapa Endonesa tidak pernah maju hingga detik ini.
Cita-citanya dengan cita-cita ane hampir-hampir mirip ; sebelas dua belas lah kalo ane bilang. Mau mandiri, bermanfaat bagi orang lain, berdiri sendiri, dan untung-untungan kalo ditakdirkan jadi orang kaya raya.
Lalu ane bertanya ; kenapa orang tionghoa itu begitu sukses? Dia menjawab dengan singkat, tidak usahlah membahas mereka, karena itu adalah hak mereka. Dan kita tak berhak untuk menanyakan hal itu lagi. Lho kok? Begini, jawabnya, karena sejak awal mindset dan pola pikir kita dan mereka berbeda.
Bagi minoritas, kebersamaan adalah segalanya, dan pemhaman terhadap prinsip harta sangat dipegang. Harta dibawa mati bung, dan kita tidak berprinsip seperti itu. Salahnya adalah, kenapa kita masih mengungkit-ngungkit mereka. Padahal kita ndak ada hal sama sekali untuk membahasnya sedikitpun.
Dia kasih contoh riil. "Oke, ente punya tanah, dan beranikah ente mensekolahkan sertifikasnya ke bank untuk modal buat usaha yang menurut ente bisa menghasilkan?" Dengan sadar ane jawab ; ndak mau. Dan itulah perbedannya. Sejak awal ane gak berani untuk mengambil resiko dan memperjuangkan peluang yang ada dengan menggadaikan hal terbesar yang kita punya. Ane lebih suka standar-standar saja berada di zona nyaman. Ya punya tanah, kerja lagi siapa tahu bisa beli tanah lagi. Begitulah kira-kira prinsip ane yang ane yakini sekarang.
Dan ia pun menyadari bahwa dirinya juga bermental sama. Takut, pengen hasil besar tapi gak mau ambil resio besar. Maunya aman-aman saja, yang penting menjalnai hidup jadi orang normal. Normal yang gimana? Punya istri, punya anak, punya rumah, bisa mensekolahkan anak, untung-untungan bisa beli lebih dan menunggu kematian setelah itu.
Ane jadi tergugat, ane jadi njingkat, ane macam jadi kayak kuda yang dipecut habis-habisan karena terlalu lama memamahbiak dan tidak pernah turun lapangan. Nasehat temen ane tadi begitu menohok. Ornag-orang yang sukses, jangan membahas mereka, karena mereka telah melaukannya. Membahas mereka dalam sisi positif maupun egatif adalah wujud iri dengki kita yang tidak bisa seperti mereka-mereka yang ktia bahas itu.
"Orang kita ini lucu, maunya aman-aman saja, bikin proposal, ajukan dana ke orang lain, baru produk muncul", "Lha kenpaa gak bikn produk dulu, lalu marketingkan dengan benar?"
Ane makin terjingkat dan pengen berlari saja untuk segera melaksanakan apa yang jadi pemahaman ane malam itu. Pikiran ane menari-nari untuk instrospeksi diri dan menambah keberanian untuk melangkah dan mengambil tindakan. Kenapa selama ini ane nyaman saja di kandang, tapi gak pernah membuka pemikran untuk BERANi dalam mengambil langkah guna menyongsong masa depan yang ane inginkan.
BERANI itulah yang menjadi pembeda antara kita dan mereka. Maka tak usahlah membahas kesuksessan mereka karena itu adalah hal lumrah dan sunnatullohnya orang-orang yang berani. Bahasan malam itu membuat ane kagum. Pengen sekali menuliskannya, dan tatkala ane sampek rumah, ane ambil keyboard dan mulai menulis kejadian tadi.
Berani punya produk sendiri
Berani memarketingkannya dengan TMS (terstruktur, masif, dan sistematis)
Berani mengambil resiko
Dan segala keberanian lainnya.
Terima kasih kawan, malam ini, saya mendapat pencerahan.
Salam
Rabu, 27 Agustus 2014
Baru Kali Ini Makan Rasanya : Senang + Sedih + Lucu
Oke, makanlah kita disana. Cuap-cuap sana sini. Dan kawan, restorannya tergolong bagus. Ruangannya bersih, pake AC, di kawasan yang rame, parker nyaman meskipun berbayar, pokoknya enak. Pas ane berkunjung, ternyata banyak juga pelanggannya.
Begini Cara Ane Supaya Update Blog : Semi Gratis Pula
Ternyata dari beberapa list teman ane ada yang suka banget dengan menulis. Orangnya sih kasihan. Kenapa ane bilang kasihan? Jadi dia ini tipe orang yang sangat optimis. Keahliannya adalah mbacot melulu. Dia percaya bahwa kekuatan manusia itu dahsyat, no bounderies, gak ada halangan dan rintangan. Apapun bisa dilakukan asalkan punya kemauan. Dulu dia sangat suka fitness, dan pernah punya body yang mantap, tapi sekarang jadi gemuk lagi. Ia juga suka dengan entrepreneurship, tapi sekarang malah jadi pegawai. Ternyata, apapun yang diyakininya malah berbalik 180 derajat dengan apa yang diterima. Kasihan bukan? BUKAAAAN!!!…MAKASIH.
3 Tipe Blogger Menurut TiketLia ~Masuuuppp~
Lha apa hubungannya sama menulis? Masa depan ente jadi penulis? Ane juga ndak tahu. Yang ane tahu sekarang adalah : ane jualan tiket, ane nyebarin kartu nama, ane nggaet pelanggan sebanyak mungkin, lalu ane ngeblog. Itu aja….Masalah nanti jadi apa bagaimana, yang ane tahu adalah : tanggunan pendidikan dan makan anak-anak ane adalah kewajiban bagi ane. Maka, mau gak mau ane kudu berangkat dan lari untuk menyediakan uang bagi mereka.
Kalo Mau Kaya Raya, Simak Dua Tipe Profesi Berikut
Lho kok bisa? Ya bisa, ini pendapat aja kaleee…makanya ya bisa. Kalo ente ngelihat yang daftar PNS mereka berjubel, buanyak, sekali diumumkan website pendaftaran langsung hang karena over access. Itu ngalahin semua teori blogging yang kudu ini dan itu, bagaimanan bisa website baru langsung drop? Semua teorama marketing tidakberlaku jika berususan dengan pengumuman penerimaan calon pegawai negeri sipil, orang-orang pada berbondong-bondong untuk ikutan daftar dan mengadu nasib. Makanya, ane bilang, mereka adalah orang-orang khusus terpelajar elitis bin suprarasional.
Move On Dengan Blogging
Makanya ane tampil apa adanya, kalo tampil ditambahin ini dan itu bisa tambah norak dan bikin orang-orang komen masalah keselarasan wajah ane dengan pakaian. Untuk itulah ane cari cara. Cara yang bisa memoles wajah ane jadi tampan bin ganteng. Dan cara itu adalah : ngeblog.
Berkaca Saat Membangun Blog Travel
Lalu ada pula blog yang ditulish maharsi wahyu di www.journalkinchan.blogspot.com . Tulisannya indah brow, seindah liputannya yang sudah keliling banyak daerah. Kalo disuruh nulis model gituan (agak nyastra) bisa-bisa ane nyerah bro, tipenya emang menguji logika, membuka hal-hal baru dalam penyampaian kata-kata, dan enak sekali dibaca. Sangat informatif dan terus terang aja membuat ane betah untuk membaca dari satu tulisan ke tulisan yang lain.
Menurut Ane Kejujuran Itu Penting Dalam Ngeblog
Selasa, 26 Agustus 2014
Surat Galau-Galauan Dari Teman
5 Pengalaman Penting Bagi Blogger Pemula
Tingkat berikutnya maksudnya? Kalo di jelaskan dengan detail, tingkat berikutnya adalah omzet triple, pemasukan triple, ketenaran perusahaan triple, kepercayaan pelanggan triple, segalanya triple (tidak termasuk istri lho ya). Ke tingkatan berikutnya ini adalah usaha nyata untuk mengembangkan usaha travel ane ke tingkatan yang lebih dan sangat maju.
Untuk itu ane perlu menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang. Kondisi dimana iklim usaha tidak boleh biasa-biasa saja. Kreatifitas jadi harga mati. Inovasi-inovasi perlu diambil jikalaua tak mau lunglai dimakan zaman. “Jamane jaman edan yen ra edan ora mangan,” kata Ronggowarsito. So keedanan perlu ditiru karena tuntutan zaman berkata demikian.
Bertemulah ane ke dunia internet. Sebenarnya ane kenal sih interenet sejak dahulu, tapi satu hal yang membedakan ; perspekstif ane terhadap internet berbeda waktu itu. Internet it’s all about fun. Bisa donlot sana-sini, ngabisin waktu buat chatting di facebook, seru-seruan di facebook, ngoceh apa saja di twitter, silaturahmi virtual ke teman-teman, baca-baca informasi, dan itu ane lakuukan berjam-jam tanpa ada “pikiran” untuk mengambil manfaat dari interent itu sendiri. Ya selama ini sih bermanfaat, lebih spesifik, ane belum mendapatkan manfaat “Publisitas dan marketing massive” melalui internet yang banyak dibahas oleh orang-orang itu.
Tapi gak ada kata terlambat. Setelah browising kiri dan kanan, jadilah ane menekuni blogging sebagai kegiatan tambahan yang (moga-moga) mendukung bisnis tiket ane. Kenapa begitu? Ane gak munafik bro-sis, bahwa ane juga perlu mengembangkan bisnis ane ini, tapi ane tempatkan hal tadi di belakang, yakni di tempat yang proporsional. Pertama-tama, ane hanya menyediakan informasi yang sekali lagi (moga-moga) bermanfaat dan membuat pengunjung betah.
Sebagai pemula, ane merasa perlu sharing tentang bagaimana blog ini kudu dikembangkan. Untuk yang sudah master, silahkan ditambahi saja, masukan dan kritik sampeyan-sampeyan sangat berguna untuk pengembangan blog ane ini.
a. Blog Model. Kata Mas Jaya Setiabudi, untuk memulai usaha, caranya simple saja : ATM (Awasi, Tiru, Modifikasi) sesimple itu? Yuup. Demikian juga dalam dunia blogging, pertama kali masuk, ane bingung ini web kudu dikemanain, digimanain, dibikinin apa, dst. Otak blank kawan, tapi ya itu tadi ; think, think, think, dan TING! Ada inner sound yang bilang kayak gini : “Kenapa gak ente lihat aja blog-blog yang dah jadi?” Hmmmm…bener juga ya. Dan itulah tips awal bagi blogger yang sedang ngalami kesusaha seperti yang ane rasakan.
Ntar copy-paste? Nah, ini beda urusan bro-sis. Ngopi-paste itu khan bagi pemalas, dan blogger dilarang keras melakukan hal tersebut. ATM tidak seperti copy-paste, sangat berbeda. ATM adalah usaha untuk mengambil “nilai-nilai” global sebuah web, lalu menerapkan hal itu dalam blog kita.
Misalnya begini : rata-rata blog travel yang jualan tiket, tampilannya datar-datar saja (promosi di taruh di depan, contact perusahaan terpampang dengan jelas, dkk) Istilahnya : me first and than you…Blog macam begini untuk pemula seperti ane, ya bisa hancur dimakan zaman. Lha wong agen travel yang besar itu sudah kayak “gak butuh” konsumen, makanya dia selalu membahas diri mereka saja.
Di satu sisi, ane juga sering berkunjung ke blog para penulis cerita dan stand up comedian. Blog mereka rame banget, bahasannya lucu-lucu, konyol, absurd, mereka juga dapat pendapatan dari buku, iklan, film, dan undangan menghibur penonton. Pokoknya rata-rata mereka bisa menggaet massa dan mempromosikan diri mereka dengan tepat.
Nah, ane bisa mengambil “hikmah” dari fenomena diatas. Ane cari formulasi baru yakni ; bagaimana nih ngebangun blog traveling yang nota bene adalah jualan tiket, dicampur dengan gaya-gaya baru macam blog milik stand up comedian? Ih, rasanya kok risih ya : niatannya jualan tiket tapi bangun artikel bermutu. Cih! Munafik.
Ane sendiri pernah ada pikiran seperti itu. Nulis bagus-bagus tujuannya adalah moneytize. Gitu-gitu aja, siklusnya begitu. Jawabannya ane : ane juga punya cicilan bro-sis, ane juga perlu uang, dan ane juga bekerja untuk mencari uang. Ngeblog ini pun ane punya harapan supaya jadi duit (ane gak munafik), tapi ane tempatkan uang itu di lini paling belakang. Lini paling depan adalah : enjoy berbagi dengan ngegblog. Itu saja. Masalah hasil, masih jadi rahasia Yang Maha Mengecat Lombok. Itu area abu-abu yang enaknya dibiarin saja dan diserahkan kepada-Nya.
Balik lagi ke permasalahan blog role. Dengan membaca blog kesana-kemari plus menerapkan konsep ATM, kita akan bisa merumuskan blog macam apa yang bisa kita kerjakan.
b. Hei, nulis itu kerja bro, kayak nawarkan di dunia nyata. Konsep bisnis ane sederhana ; semakin banyak ketemu pasar yang tepat, semakin besar pula kesempatan untuk menjual barang. Sesimple itu, nah, biasanya dalam berbisnis, pertama-tama yang ane lakukan adalah menjaring konsumen. Dengan apa? Cara yang paling ane sukain adalah : door to door.
Gak tahu ya, ane suka sekali ketemu dengan orang. Bawa brosur, berbicara dengan mereka tentang produk yang ane punya, ane coba bangun pertemanan dari situ. Produk itu yang kedua, silaturahmi itu yang pertama. Dengan begitu, Alhamdulillah banyak juga teman berbekal dari kenekatan door to door tersebut.
Lalu muncullah internet marketing. Ane juga bingung, kenapa kok orang-orang yang bergerak di dalam dunia ini bisa ngeklaim berpendapatan “wah” dsb. Dan ternyata, mereka memanfaatkan booming internet untuk mengedukasi orang agar bertindak sesuai dengan apa yang mereka ingingkan.
Bagi ane sih, ane gak percaya yang instan-instan. Segalanya butuh proses. Dengan adanya internet itu, waktu bisa dipangkas. Percepatan dimaksimalkan. Tapi tetap saja berlaku hukum-hukum normal offline disitu. Misalnya : kerja keras, kerja cerdas, tajam dalam menangkap peluang, kualitas sebuah tulisan, original content, dll.
Makanya mindset awal memasuki dunia blogging bagi ane adalah : sama-sama dibutuhkan kerja keras, and tidak ada itu jalan pintas menuju keberhasilan. Titik.
c. Original Content, asli itu indah, dan asli itu gak sulit. Menyambung urusan kerja keras diatas kawan, ngeblog itu juga kerja keras lho. Apalagi dikaitkan dengan keaslian. Itu urusan nomor satu bro-sis. Copy-paste hanyalah cara malas untuk menuju sukses, dan itu macam jalan singkat. Masalahnya : tidak ada jalan pintas menuju sukses. Jadi yang masih copy-paste, siap-siap saja memuaskan computer, tapi tidak pernah memuaskan pembaca.
Kadang orang bilang : “Gimana supaya punya karya asli? Karya hebat? Dkk”, “rasanya sulit banget mas bro,” “Karena sulit itulah ane copy paste,” Dan seabgreg alasan lain. Kawan, menjadi kreatif adalah harga mati di dunia blogging. Dan kreatifitas itu gak harus muncul dari dalam diri sampeyan kok. Kreatifitas itu bisa karena menggabungkan dua hal yang berbeda. Sumber untuk menjadi kreatif bertebaran di lini masa. Hanya orang-orang yang punya niatan saja yang bisa mengolahnya menjadi ide baru nan segar.
Menurut ane, ane tanamkan dulu prinsip-prinsip ini dalam-dalam : ane ogah nyuri karya orang lain, ane cantumin sumbernya, ane klik itu banner iklan setelah mendapatkan informasi dari blog A, gimana-gimana kudu ada hal lain dari sumber yang ane cantumin, hal baru-hal baru-hal baru…..Terus demikian…Sikap seperti ini akan memaksa otak ane berputar untuk menemukan jalan gimana supaya menuliskan karya baru, atau paling tidak memiliki “hal lain” dari sumber yang ane comot.
d. Pengukuran/parameter yang jelas. Nah, Ane sudah punya blog (www.tiketlia.wordpress.com) , sudah punya account twitter, sudah punya account facebook, sudah ada tulisan, sudah punya target penulisan, sudah sebar kartu nama, segala iktiyar sudah dilakukan. Berikutnya adalah “mengukur” bagaimana usaha yang udah dilakukan tersebut.
Mengukur apa yang sudah dilakukan adalah bentuk introspeksi diri ; sejauhmana pekerjaan yang sudah dilakukan, dan sisi mana lagi yang perlu diperbaiki untuk kemajuan perusahaan ane.
Bagusnya, pengukuran ini dilakukan bulanan. Macam ada hari khusus antara awal bulan dan akhir bulan untuk merumuskan dan mencatat apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Layaknya kegiatan di dunia nyata (offline), kegiatan online juga perlu diawasi agar pemanfaatannya jadi tepat sesuai dengan tujuan awal membangun sebuah blog.
Untuk hal ini, ajukan-ajukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan jelas. Beberapa pertanyaan adalah : berapa trafficnya, apa saja artikel yang disukai, darimana datangnya traffic yang paling besar,
Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk membangun blog menjadi lebih baik, lebih akurata, lebih terpercaya, dan membuat betah banyak orang untuk hidup di dalam start up yang udah kita bikin.
e. Tetap Nol. Hidup itu kadang ditakuti dengan resiko dan diberanikan dengan harapan. Dua-duanya salah. Terlalu takut ndak bagus, terlalu berharap juga bodoh. Mengimbangi antara dua hal itu tak lain adalah selalu berusaha dekat dengan Yang Maha Mengecat Cabe. Mendekatkan diri dengan-Nya berarti pasrah dan memasrahkan apa yang udah kita perbuat. Tidak sedih pun juga tidak terlalu senang, sumringah boleh tapi juga tidak terlalu terbujuk ke dalam relung kepedihan. Untuk hal ini, ane kutipkan tulisan Mas Jaya Setiabudi setelah ketemu sama Bob Sadino. Petikannya adalah sebagai berikut :
“Yang saya dapatkan (akibat) dari ‘zero’ adalah, saya tidak memilki rasa takut akan masa depan saya, titik!”
Online atau Offline, ujung-ujungnya adalah sebuah pengabdian hidup untuk menjemput Yang Maha Hidup.
Debut Awal Ngeblog
Hingga waktu berjam-jam aku habiskan ngelihat apa saja di internet. Dari yang paling hina : donlot film, kemudian menjadi agak bermanfaat ; menyapa teman di facebook, baca-baca berita, dan kadang kala (hampir ane ndak pernah lakukan); mencari lowongan kerja. Yup, beberapa kali ane klik lowongan kerja tapi hasilnya selalu nihil ; berujung pada sales door to door sambil membawa barang yang wajib untuk laku hari itu juga. Kalo tidak ; kita tidak gajian.
It’s okay, life must go on. Dan hari ini, ane mencoba untuk menulis. Why not? Sering kali ane habiskan waktu untuk ngocol dan berdiskusi dengan teman, tapi kok rasanya menulis itu berat banget. Padahal, kata orang nih—ane belum membuktikannya—menulis itu membawa efek positif bagi jiwa.
Ya, siapa tahu, di tengah hal-hal yang menyuramkan ini, menulis menolong ane supaya tidak gila-gila amat. Supaya tetep realistis. Atau hanya kadang menjadi teman untuk mengungkapkan uneg-uneg semata.
Jadilah blog tiketlia sebagai blog ane. Ada dua tujuan dan itu simple ; ane bisnis tiket dan siapapun boleh pesen, dan kedua ane menulis hal-hal yang mungkin bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Tidak muluk-muluk sih, yang penting dijalani saja, lambat tapi pasti, perkembangan itu bukan hal yang absurd.
So, let’s move with love. Let’s begin the brighter future, and see you next time. Cio…
Disuruh Pindah Ke Blogspot Sama Teman
Selanjtunya adalah meneruskan ngeblog. Gak ada kata lain kecuali itu. Target ane gak muluk-muluk ; yakni menyediakan 100 tulisan berkualitas tinggi untuk tahun ini. 100 tulisan berkualitas dalam setahun itu waktu yang sangat lama. Ane bisa research, mengembangkan artikel, mencatat topik baru dalam kurun waktu tersebut. Ane juga pernah lihat blog terkenal yang isinya hanya 120-an artikel tapi setiap artikel tidak hanya memiliki tulisan-tulisan yang panjang, tapi juga berkualitas.
Nah, blogspot sudah tersedia. Tugas ane adalah menyediakn artikel-artikel itu. Kalo sudah memenuhi kuota, ane akan serahkan ke temen ane buat dikembangkan lebih lanjut. Maklum, ane tahu internet hanya sedikit-sedikit.
Tapi gak ada kata terlambat. Semuanya masih bisa dimulai. Semuanya masih punya kesempatan.
Jumpa lagi di lain waktu...Salam...