Jumat, 05 September 2014

Coba Tanyakan Kembali Cinta Anda Pada Blogging


Ada yang mengatakan bahwa blog selama ini terkenal dairy-ish...Sifatnya sharing hal remeh temeh. Apapun ditulis untuk mengungkapkan isi hati. Efeknya pun tulisan tidak berbobot. Kebanyak cuma cuap-cuap masalah individu bloggernya. Apa pentingnya buat gue sih? Begitulah kira-kira yang dirasakan pembaca.

Pembaca betah pada suatu blog, setia melototin setiap detail ungkapan ide yang mengalir lewat sebuah karangan karena mereka "pengen" sesuatu dari apa yang dituliskan. Dengan setia mengamati satu persatu bacaan barang kali ada yang tertinggal. Ujung-ujungnya pembaca mendapatkan apa yang dimauinya.

Ane sendiri ngeblog dengan tujuan yang kadang melenceng. Coba pikirkan dengan logika sederhana saja, ini blog masalah travel, lha kok bahasannya kadang melenceng sampai urusan harian juga ditulis. Kalo ane pikir-pikir, iya juga sih, ngapain ane nulis hal-hal macam begitu dan membuatnya semacam catatan  harian.

Bagi blogger dadakan macam ane, nulis diary hanya sebagai rutinitas saja. Macam hobi. Ndak lebih dari itu. Bahasa pun ane sulit kalo nulis nyastra. Ane suka baca novel, dan sering takjub dengan bahasa pengarangnya dalam menjelaskan sesuatu. Ane terheran-heran sambil bertanya : gimana itu para pengarang punya skill menerangkan yang bisa membuat angan-angan ane berlarian membayangkan apa yang mereka tulis. Banyak juga lho blog yang bernilai sastra tinggi.


Mau contohnya? Ini ane ambilkan dari blog dewi lestari www.dee-idea.blogspot.com :

Nge-blog : Perjalanan Panjang Dengan Hati

Jadilah saya blogger seadanya, bergerak dengan kecepatan siput, dan tak pedulian. Saya menulis posting bisa dua bulan sekali, tidak mengulik fitur ini-itu, tidak blog walking, bahkan jarang berkomentar balik pada yang mampir. Baru setahun terakhir, pelan-pelan saya membuka diri dan mulai meneropong dunia blogger. -Sumber-

Coba sampeyan bayangkan kata "bergerak dengan kecepatan siput", "meneropong dunia blogger". Asyik khan bahasanya? Bagi ane, catatan semacam itulah yang menginpirasi. Bahasanya bercabang-cabang. Menyambar-nyambar bagai petir membelah partikel udara. 

Ane pengen banget bisa punya bahasa super kaya macam apa yang di tuliskan Dewi Lestari diatas. Gak mau cuman hanya takjub dengan keindahan bahasa dan kelugasan yang disampaikannya, tapi ane juga mau memiliki pengalaman dan merasakan jerih payah untuk melahirkan tulisan yang bermutu macam itu.

Berbagai cara ane coba, dan lagi-lagi, tampak tulisan ane seperti mandek di tengah jalan. Tak menyerah sampai disitu, ane paksa untuk terus menulis di tengah ancaman minor komentar "dairy-ish, selfish, useless, dst". Semakin diancam, semakin pula tantangan dikobarkan. Jika proses blogging disimulasikan dalam sebuah cabang atletik, ane sadar, blogging bukan pertandingan lari sprint, ini pertandingan marathon!

Jawabannya untuk memiliki tulisan bermutu tak lain adalah praktik. Kalo bidangnya menulis ya apalagi selain praktik menulis. Nasehat terbaik dari blogger yang paling baik dan yang paling ane suka adalah : TULIS SAJA. Titik. Dengan terus menulis berarti seseorang sedang mengasah kemampuannya dalam bertutur kata. Semakin lama diasah, kemampuan itu makin tajam ; membedah sebuah masalah dengan pisau analisa yang mungkin tak tajam, tapi berkat kepiawaian pemegangnya, pisau tadi benar-benar bisa diandalkan.

 Kegiatan ane dalam blogging sudah tidak ane jadwalkan. Barusan ane jadwalkan untuk menulis 5 artikel setiap hari. Hasilnya adalah : sebuah tulisan yang acak kadul. Ane baca sendiri malu, apalagi sampeyan-sampeyan yang membacanya. Paling baru satu alinea langsung sampeyan klik dan pindah ke blog yang lain.

It's okay. I'm totally okay with what happened during this process. Yang penting sekarang, ane hanya jalan saja. Narget pun ndak tahu, ane bikin ngalir saja. Bikin target dalam menulis memang bagus, asallkan tidak terbebani dan tertuntut dengan target tersebut. Paling enak adalah : mencintai blogging itu sendiri. Tanpa target pun, tulisan yang dihasilkan mengalir begitu deras. Tanpa planning sekalipun, update blog jadi bermutu dan intens. Jika hal ini terjadi, blogging mungkin sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari diri kita semua.

Selamat Tanggal 5 September dulur...Apakah sampeyan sudah cinta sama blogging?