Teman ane kasihan banget....Lagi ngetes istrinya pindah ke lain hati apa enggak, tapi ternyata malah dapat ocehan. Hasilnya sih ketara ; kalo calon istrinya ding, sorry ane ralat, kalo calon istirnya itu masih suka disapa sama mantannya. Kasihan...Ini adalah suratnya.
Judulnya sih galau banget, ane sih awalnya gak suka sama hal-hal galau macam beginian. Rasanya gimana gitu. Pengen neguk baygon aja. Tapi, ketimbang tulisannya kebuang sayang, akhirnya ane pampang aja di blog, selamat menikmati :
"Untukmu Yang Masih Memikirkannya"
Kalau aku hanya menjadi bahan
omelan teman-temanmu, dank au tidak kuat dengan itu, tidak sanggup menghadapi
atau mengatasinya, aku hanya bisa pasrah ; mungkin aku tidak sesauai dengan
kriteria laki-laki yang kau harap-harapkan.
Ane sendiri kasihan. Kasihan pada
dirinya dan kasihan pada diriku sendiri. Sekarang pekerjaan tidak tetap, gaji
cuman dua setengah juta, apalagi ini kerjaannya di perusahaan swasta non
bonafit. Nilai di depan masyarakat dan gebyar hingar-bingar kenyamanan juga gak
dapat, sebenarnya aku kasihan sama dirimu jika yang kau ingingkan seperti itu.
Terus terang, siapa yang gak suka dengan kelimpahan harta, siapa yang gak mau? Tentu
aku dan kau mau untuk mendapatkannya. Dan kawan, dalam kasus ini, ane belum
mendapatknanya.
Katanya, dulu kau pernah dihina
habis-habisakan karena berpacaran dengan aku, katnya kau pacaran dengan om-om.
Dan kau begitu dipermalukan di hadapan social media karena bully tersebut. Aku
mengatahuinya dari mulutmu, dan aku pun tersinggung. Beda umurmu dan umurku
adalah 9 tahun, dan aku gak nolak, meskipun sekarang aku berumur 30 tahun dan
dianggap om-om ya silahkan. Wong umujr tidak bisa disalahkan. Tapi kalau kalau
kau merasa terhina karenanya, lebih baik aku lepaskan kamu.
Semua ini gak akan terjadi kalo
misalkan begini : aku jadi PNS, atau kerja di perusahaan Negara, kerja di
perusahaan asing yang bergaji melimpah ruah, atau jadi polisi, tentara, atau
apa saja asalakan itu masih berbau Negara. Kenapa? Karena kerja sama Negara itu
keren. Bisa bergaji besar, aman, pension dapat, libur banyak, kerja juga gak
susah-susah amat, sabtu-minggu libur, jumat hanya olahraga terus pulang, dan
seabreg bentuk kemalasan lainnya. Uniknya, kemalasan itu digaji besar.
Dek, aku sendiri tidak tahu
bagaimana pola pikirmu. Bagaimana pendapatmu yang terus-menerus menekan aku
supaya : tidak kurus, bekerja PNS, kerja mapan, banyak uang. APakah kau
sedemikan matre?
Aku merasa sedih, hatiku
menangis, aku tuliskan surat ini, untukmu. Untukmu sayang…semoga kau berubah.
Karena cintaku adalah segalanya. Putuskan sendiri sayang, putuskan kemana
hidupmu berlabuh. JIka materi yang kau canangkan, aku tak punya apa-apa.
Maafkan daku kalo pemasalah ini aku bahas.
Aku sangat sayang padamu. Sayang banget…Dan
aku tak tega untuk melakukan hal-hal kasar, meskipun menurutku ini sudah di
ambang bats keterlaluan. Putuskan sendiri kemana arah tujuanmu.
Salam