Jumat, 29 Agustus 2014

Meniru Gotong Royong Dari Etnis Tionghoa

Teman, ada ungkapan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Persatuan dan kesatuan itu wujudna bagaimana? saya kok masih penasaran bagaimaan mengejawantahkan pesatuan dan kesatuan dalam lini kehidupan.


Kapitalisme yang secara subyektif ane katakan : sudah mendarah daging dalam sumsum tulang belakang kita saat ini, membuat siapa saja bisa bercerai. Gak peduli suami-istri apalagi hanya sekedar teman. 


Untuk menilai wujud pesatuan dan kesatuan, baiknya ane cerita perjalanan temen ane yang sekarnag buka toko galangan bermodalkan 100 juta saja. Bagaimaan bisa? bisa...


Jadi dia dulu buka koter service hape di daerah tengah kota jombang. Usahanya mantap sih, banyak customer. Dia pake sistem bagi hasil dengan semua yang nyervis di tempatnya. Tapi kayaknya usahanya sekarang lagi seret. Ia pun ngaku akan menutup tempat itu dan pindah ke bisnis lainnya.


Teman ane itu adlaah orang tionghoa. Ayahnya adalah tukang jual mie yang terkenal enak di jombang. Sang ayang mendidik dengan keras bahwa kalo ada orang mau tahu--keepo-- dengan apa yang kita lakukan, jangan pelit ilmu. Berita tahu apa yang pengen mereka tahu. 


Nasehat sang ayag itu terbukti. Banyak sekali pegawai ayahnya yang sekarng buka warung mie sendiri dan sukses. Mensukseskan orang lain dengan memberi mereka kail adalah sebuah kepuasan tersendiri.


Pindah bahasan ke temen ane ini. Jadi dia buka toko galangan dengan modal 100 juta. Lho kok bisa? Ya bisa, jadi ternyata si temen ane tersebut hanya buka toko saja, sedangkan supply barang didapatkan dari teman-teman sesama etnis tionghoa yang berani supply ke situ. Beres!


###


Bentuk persatuan dan kesatuan minoritas itulah yang layak ditiru. Memang dulu kita masih jaman penjajah, orang-orang yang pengen merdeka seakan adalah orang minoritas. Para founding fathers itu rela untuk mengorbankan apa saja demi kebersamaan.


Dan kebersaama saat ini teruangkap dari cerita temen ane diatas. Itulah makanya kenapa minoritas tatkala bangkrut cepet lagi bangkitnya. Jawabannya pun Anda tahu, bahwa mereka menerapkan prinsip membantu sesama komunitas agar makmur bersama.


Sudahkah semangat itu ada dalam diri kita? Atau jangan-jangan sudah tabiat kita untuk tidak senang melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain sedang kesusahan? 


Salam...