Kemaren malam, ane menyediakan waktu buat berkunjung ke daerah
deltasari. Tujuan ane kesana patent banget : jadi hamba perut untuk
memuaskan nafsu lapar. Temen ane yang dulu pernah sekolah bareng dan
sam-sama hobi main bola lagi buka rumah makan bertajuk : Bebek-Ayam
Cahyo. Hmmm…bebek? Makanan yang satu ini sudah sangat umum di kawasan
Surabaya. Kenapa kok ane katakan begitu? Simple aja : banyak warung
serupa yang juga buka. Hal, ini menunjukkan kalo peminat bebek
di Surabaya tergolong tinggi.
Oke, makanlah kita disana. Cuap-cuap sana sini. Dan kawan,
restorannya tergolong bagus. Ruangannya bersih, pake AC, di kawasan yang
rame, parker nyaman meskipun berbayar, pokoknya enak. Pas ane
berkunjung, ternyata banyak juga pelanggannya.
Lanjut ke menu, ane sendiri pesen bebek bakar. Kalo bebek goreng khan
dah mainstgrem.Untuk minuman ane pesen
Lokalan aja : es sinom. Nah, bagaimana rasanya? Tergolong enak. Kalo
bicara bebek, referensi ane hanya –sekali lagi ini subyektif lho ya—ada
tiga tempat yang rekomended : Bebek Sinjay yang super duper mashyur itu,
Bebek Tugu Pahlawan, dan bebek cahyo ini. Masalah yang khas dari cahyo
adalah : kebersihan tempatnya. Rasa sih gak kalah kok ketimbang dua
tempat yang ane sebut sebelumnya. Cuman satu hal yang kurang dari Bebek
Cahyo ; nasinya masih nasi magic jar kayaknya, tidak memakai nasi liwet
yang emang biasanya lebih enak jika dicombine sama bebek.
Sejurus kemudian, temen ane lainnya kontak, dia lagi posisi di daerah
Juanda. Ane persilahkan dia untuk merapat juga ke restoran Bebek Cahyo. Ya itung-itung silataruhami sama temu kangen :) (Sebenarnya gak silaturahmi-silaturahmi amat
sih,,lha gimana, wong hampir tiap minggu ketemu) Dia ngajak temennya dari
Malang yang juga kebetulan berkunjung ke Surabaya untuk nagih hutang.
Namun tiba-tiba kita jadi nyesek. Lho kok? Apa bebeknya jadi gak
enak? Apa kedatangan kawan itu jadi bikin ene mau muntah? Ada apa? Usut
punya usut kita sih punya rasa random. Antara senang + Sedih + Lucu.
Senang karena bebeknya rasanya istimewah…Perutpun kenyang.
Sedih karena denger bahwa anak dari Malang tadi menginvestasikan 21 juta di MMM
Lucu karena zaman sekarnag masih banyak saja model MLM yang berjamur
dengan berbagai macam trik dan tipu dayanya. Lucunya lagi ; anak Malang
yang terpelajar tadi benar-benar malang, lha gimana enggak, wong
jelas-jelas MLM itu bohong bin kaspo masih saja diikuti. Ane setuju
banget kalo MLM dikasih label kayak dulu Rosul ngasih label penipu ke
Musailamah : kira-kira kalo MLM di kasih embel-embel jadinya : MLM Al-Kazzab.
Bagi dia, rasa apapun jadi gak enak. Makan gak enak, makanan yang
sebenarnya enak pun jadi gak neak Beol juga gak nikmat. Ngeseks mungkin
juga hambar. Pikirannya melayang dalam kegelisahan menanti hasil akhir
MMM. Kita hanya menganjurkan supaya dia bersabar, toh ini juga karena
kebodohan dia semata ikutan investasi tanpa paham apa bentuk
investasinya. Ya, itung-itung rugi lah bro….cuman ongkosnya tadi 21 juta rupiah.
Bagi ane, ngelihat temennya temen yang masuk jurang nista MLM itu
makin meneguhkan hati bahwa tidak ada jalan pintas. Tidak ada cara bim salabim buat cepet kaya. Kalo pun ada, itu pun tersedia
dengan resiko yang sepadan pula. Lumrah : cepat resiko besar, lambat
resiko kecil.
Oke, itu dulu kisah ane…Nanti kapan-kapan disambung lagi.