Selasa, 26 Agustus 2014

5 Pengalaman Penting Bagi Blogger Pemula

Berhari-hari ane berpikir bagaimana supaya bisa menjadi dia. Dia yang aku maksudkan adalah temen babe ane, dia dulunya adalah supir, lalu entah bagaimana sekarang jadi juragan tiket besar di Surabaya. Omsetnya milyaran. Dan kawan, ane sendiri sudah buka agen tiket sekitar 3 tahun yang lalu. Hasilnya alhamduillah lumayan, dan baru-baru ini saja terbesit niatan untuk mengembangkan usaha tiket ini ke tingkat berikutnya.

Tingkat berikutnya maksudnya? Kalo di jelaskan dengan detail, tingkat berikutnya adalah omzet triple, pemasukan triple, ketenaran perusahaan triple, kepercayaan pelanggan triple, segalanya triple (tidak termasuk istri lho ya). Ke tingkatan berikutnya ini adalah usaha nyata untuk mengembangkan usaha travel ane ke tingkatan yang lebih dan sangat maju.

Untuk itu ane perlu menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang. Kondisi dimana iklim usaha tidak boleh biasa-biasa saja. Kreatifitas jadi harga mati. Inovasi-inovasi perlu diambil jikalaua tak mau lunglai dimakan zaman. “Jamane jaman edan yen ra edan ora mangan,” kata Ronggowarsito. So keedanan perlu ditiru karena tuntutan zaman berkata demikian.

Bertemulah ane ke dunia internet. Sebenarnya ane kenal sih interenet sejak dahulu, tapi satu hal yang membedakan ; perspekstif ane terhadap internet berbeda waktu itu. Internet it’s all about fun. Bisa donlot sana-sini, ngabisin waktu buat chatting di facebook, seru-seruan di facebook, ngoceh apa saja di twitter, silaturahmi virtual ke teman-teman, baca-baca informasi, dan itu ane lakuukan berjam-jam tanpa ada “pikiran” untuk mengambil manfaat dari interent itu sendiri. Ya selama ini sih bermanfaat, lebih spesifik, ane belum mendapatkan manfaat “Publisitas dan marketing massive” melalui internet yang banyak dibahas oleh orang-orang itu.

Tapi gak ada kata terlambat. Setelah browising kiri dan kanan, jadilah ane menekuni blogging sebagai kegiatan tambahan yang (moga-moga) mendukung bisnis tiket ane. Kenapa begitu? Ane gak munafik bro-sis, bahwa ane juga perlu mengembangkan bisnis ane ini, tapi ane tempatkan hal tadi di belakang, yakni di tempat yang proporsional. Pertama-tama, ane hanya menyediakan informasi yang sekali lagi (moga-moga) bermanfaat dan membuat pengunjung betah.

Sebagai pemula, ane merasa perlu sharing tentang bagaimana blog ini kudu dikembangkan. Untuk yang sudah master, silahkan ditambahi saja, masukan dan kritik sampeyan-sampeyan sangat berguna untuk pengembangan blog ane ini.

a.    Blog Model. Kata Mas Jaya Setiabudi, untuk memulai usaha, caranya simple saja : ATM (Awasi, Tiru, Modifikasi) sesimple itu? Yuup. Demikian juga dalam dunia blogging, pertama kali masuk, ane bingung ini web kudu dikemanain, digimanain, dibikinin apa, dst. Otak blank kawan, tapi ya itu tadi ; think, think, think, dan TING! Ada inner sound yang bilang kayak gini : “Kenapa gak ente lihat aja blog-blog yang dah jadi?” Hmmmm…bener juga ya. Dan itulah tips awal bagi blogger yang sedang ngalami kesusaha seperti yang ane rasakan.
Ntar copy-paste? Nah, ini beda urusan bro-sis. Ngopi-paste itu khan bagi pemalas, dan blogger dilarang keras melakukan hal tersebut. ATM tidak seperti copy-paste, sangat berbeda. ATM adalah usaha untuk mengambil “nilai-nilai” global sebuah web, lalu menerapkan hal itu dalam blog kita.
Misalnya begini : rata-rata blog travel yang jualan tiket, tampilannya datar-datar saja (promosi di taruh di depan, contact perusahaan terpampang dengan jelas, dkk) Istilahnya : me first and than you…Blog macam begini untuk pemula seperti ane, ya bisa hancur dimakan zaman. Lha wong agen travel yang besar itu sudah kayak “gak butuh” konsumen, makanya dia selalu membahas diri mereka saja.

Di satu sisi, ane juga sering berkunjung ke blog para penulis cerita dan stand up comedian. Blog mereka rame banget, bahasannya lucu-lucu, konyol, absurd, mereka juga dapat pendapatan dari buku, iklan,  film, dan undangan menghibur penonton. Pokoknya rata-rata mereka bisa menggaet massa dan mempromosikan diri mereka dengan tepat.

Nah, ane bisa mengambil “hikmah” dari fenomena diatas. Ane cari formulasi baru yakni ; bagaimana nih ngebangun blog traveling yang nota bene adalah jualan tiket, dicampur dengan gaya-gaya baru macam blog milik stand up comedian? Ih, rasanya kok risih ya : niatannya jualan tiket tapi bangun artikel bermutu. Cih! Munafik.

Ane sendiri pernah ada pikiran seperti itu. Nulis bagus-bagus tujuannya adalah moneytize. Gitu-gitu aja, siklusnya begitu. Jawabannya ane : ane juga punya cicilan bro-sis, ane juga perlu uang, dan ane juga bekerja untuk mencari uang. Ngeblog ini pun ane punya harapan supaya jadi duit (ane gak munafik), tapi ane tempatkan uang itu di lini paling belakang. Lini paling depan adalah  : enjoy berbagi dengan ngegblog. Itu saja. Masalah hasil, masih jadi rahasia Yang Maha Mengecat Lombok. Itu area abu-abu yang enaknya dibiarin saja dan diserahkan kepada-Nya.

Balik lagi ke permasalahan blog role. Dengan membaca blog kesana-kemari plus menerapkan konsep ATM, kita akan bisa merumuskan blog macam apa yang bisa kita kerjakan.

b.    Hei, nulis itu kerja bro, kayak nawarkan di dunia nyata. Konsep bisnis ane sederhana ; semakin banyak ketemu pasar yang tepat, semakin besar pula kesempatan untuk menjual barang. Sesimple itu, nah, biasanya dalam berbisnis, pertama-tama yang ane lakukan adalah menjaring konsumen. Dengan apa? Cara yang paling ane sukain adalah : door to door.
Gak tahu ya, ane suka sekali ketemu dengan orang. Bawa brosur, berbicara dengan mereka tentang produk yang ane punya, ane coba bangun pertemanan dari situ. Produk itu yang kedua, silaturahmi itu yang pertama. Dengan begitu, Alhamdulillah banyak juga teman berbekal dari kenekatan door to door tersebut.

Lalu muncullah internet marketing. Ane juga bingung, kenapa kok orang-orang yang bergerak di dalam dunia ini bisa ngeklaim berpendapatan “wah” dsb. Dan ternyata, mereka memanfaatkan booming internet untuk mengedukasi orang agar bertindak sesuai dengan apa yang mereka ingingkan.
Bagi ane sih, ane gak percaya yang instan-instan. Segalanya butuh proses. Dengan adanya internet itu, waktu bisa dipangkas. Percepatan dimaksimalkan. Tapi tetap saja berlaku hukum-hukum normal offline disitu. Misalnya : kerja keras, kerja cerdas, tajam dalam menangkap peluang, kualitas sebuah tulisan, original content, dll.

Makanya mindset awal memasuki dunia blogging bagi ane adalah : sama-sama dibutuhkan kerja keras, and tidak ada itu jalan pintas menuju keberhasilan. Titik.

c.    Original Content, asli itu indah, dan asli itu gak sulit. Menyambung urusan kerja keras diatas kawan, ngeblog itu juga kerja keras lho. Apalagi dikaitkan dengan keaslian. Itu urusan nomor satu bro-sis. Copy-paste hanyalah cara malas untuk menuju sukses, dan itu macam jalan singkat. Masalahnya : tidak ada jalan pintas menuju sukses. Jadi yang masih copy-paste, siap-siap saja memuaskan computer, tapi tidak pernah memuaskan pembaca.
Kadang orang bilang : “Gimana supaya punya karya asli? Karya hebat? Dkk”, “rasanya sulit banget mas bro,” “Karena sulit itulah ane copy paste,” Dan seabgreg alasan lain. Kawan, menjadi kreatif adalah harga mati di dunia blogging. Dan kreatifitas itu gak harus muncul dari dalam diri sampeyan kok. Kreatifitas itu bisa karena menggabungkan dua hal yang berbeda. Sumber untuk menjadi kreatif bertebaran di lini masa. Hanya orang-orang yang punya niatan saja yang bisa mengolahnya menjadi ide baru nan segar.
Menurut ane, ane tanamkan dulu prinsip-prinsip ini dalam-dalam : ane ogah nyuri karya orang lain, ane cantumin sumbernya, ane klik itu banner iklan setelah mendapatkan informasi dari blog A, gimana-gimana kudu ada hal lain dari sumber yang ane cantumin, hal baru-hal baru-hal baru…..Terus demikian…Sikap seperti ini akan memaksa otak ane berputar untuk menemukan jalan gimana supaya menuliskan karya baru, atau paling tidak memiliki “hal lain” dari sumber yang ane comot.

d.    Pengukuran/parameter yang jelas. Nah, Ane sudah punya blog (www.tiketlia.wordpress.com) , sudah punya account twitter, sudah punya account facebook, sudah ada tulisan, sudah punya target penulisan, sudah sebar kartu nama, segala iktiyar sudah dilakukan. Berikutnya adalah “mengukur” bagaimana usaha yang udah dilakukan tersebut.
Mengukur apa yang sudah dilakukan adalah bentuk introspeksi diri ; sejauhmana pekerjaan yang sudah dilakukan, dan sisi mana lagi yang perlu diperbaiki untuk kemajuan perusahaan ane.
Bagusnya, pengukuran ini dilakukan bulanan. Macam ada hari khusus antara awal bulan dan akhir bulan untuk merumuskan dan mencatat apa saja yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Layaknya kegiatan di dunia nyata (offline), kegiatan online juga perlu diawasi agar pemanfaatannya jadi tepat sesuai dengan tujuan awal membangun sebuah blog.
Untuk hal ini, ajukan-ajukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan jelas. Beberapa pertanyaan adalah : berapa trafficnya, apa saja artikel yang disukai, darimana datangnya traffic yang paling besar,
Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk membangun blog menjadi lebih baik, lebih akurata, lebih terpercaya, dan membuat betah banyak orang untuk hidup di dalam start up yang udah kita bikin.

e.    Tetap Nol. Hidup itu kadang ditakuti dengan resiko dan diberanikan dengan harapan. Dua-duanya salah. Terlalu takut ndak bagus, terlalu berharap juga bodoh. Mengimbangi antara dua hal itu tak lain adalah selalu berusaha dekat dengan Yang Maha Mengecat Cabe. Mendekatkan diri dengan-Nya berarti  pasrah dan memasrahkan apa yang udah kita perbuat. Tidak sedih pun juga tidak terlalu senang, sumringah boleh tapi juga tidak terlalu terbujuk ke dalam relung kepedihan. Untuk hal ini, ane kutipkan tulisan Mas Jaya Setiabudi setelah ketemu sama Bob Sadino. Petikannya adalah sebagai berikut :

“Yang saya dapatkan (akibat) dari ‘zero’ adalah, saya tidak memilki rasa takut akan masa depan saya, titik!”
Online atau Offline, ujung-ujungnya adalah sebuah pengabdian hidup untuk menjemput Yang Maha Hidup.