Berhari-hari ane berpikir bagaimana supaya bisa menjadi dia. Dia yang
aku maksudkan adalah temen babe ane, dia dulunya adalah supir, lalu
entah bagaimana sekarang jadi juragan tiket besar di Surabaya. Omsetnya
milyaran. Dan kawan, ane sendiri sudah buka agen tiket sekitar 3 tahun
yang lalu. Hasilnya alhamduillah lumayan, dan baru-baru ini saja
terbesit niatan untuk mengembangkan usaha tiket ini ke tingkat
berikutnya.
Tingkat berikutnya maksudnya? Kalo di jelaskan dengan detail, tingkat
berikutnya adalah omzet triple, pemasukan triple, ketenaran perusahaan
triple, kepercayaan pelanggan triple, segalanya triple (tidak termasuk
istri lho ya). Ke tingkatan berikutnya ini adalah usaha nyata untuk
mengembangkan usaha travel ane ke tingkatan yang lebih dan sangat maju.
Untuk itu ane perlu menyesuaikan diri dengan kondisi sekarang.
Kondisi dimana iklim usaha tidak boleh biasa-biasa saja. Kreatifitas
jadi harga mati. Inovasi-inovasi perlu diambil jikalaua tak mau lunglai
dimakan zaman. “Jamane jaman edan yen ra edan ora mangan,” kata
Ronggowarsito. So keedanan perlu ditiru karena tuntutan zaman berkata
demikian.
Bertemulah ane ke dunia internet. Sebenarnya
ane kenal sih interenet sejak dahulu, tapi satu hal yang membedakan ;
perspekstif ane terhadap internet berbeda waktu itu. Internet it’s all
about fun. Bisa donlot sana-sini, ngabisin waktu buat chatting di
facebook, seru-seruan di facebook, ngoceh apa saja di twitter,
silaturahmi virtual ke teman-teman, baca-baca informasi, dan itu ane
lakuukan berjam-jam tanpa ada “pikiran” untuk mengambil manfaat dari
interent itu sendiri. Ya selama ini sih bermanfaat, lebih spesifik, ane
belum mendapatkan manfaat “Publisitas dan marketing massive” melalui
internet yang banyak dibahas oleh orang-orang itu.
Tapi gak ada kata terlambat. Setelah browising kiri dan kanan,
jadilah ane menekuni blogging sebagai kegiatan tambahan yang (moga-moga)
mendukung bisnis tiket ane. Kenapa begitu? Ane gak munafik bro-sis,
bahwa ane juga perlu mengembangkan bisnis ane ini, tapi ane tempatkan
hal tadi di belakang, yakni di tempat yang proporsional. Pertama-tama,
ane hanya menyediakan informasi yang sekali lagi (moga-moga) bermanfaat
dan membuat pengunjung betah.
Sebagai pemula, ane merasa perlu sharing tentang bagaimana blog ini
kudu dikembangkan. Untuk yang sudah master, silahkan ditambahi saja,
masukan dan kritik sampeyan-sampeyan sangat berguna untuk pengembangan
blog ane ini.
a. Blog Model. Kata Mas Jaya Setiabudi, untuk
memulai usaha, caranya simple saja : ATM (Awasi, Tiru, Modifikasi)
sesimple itu? Yuup. Demikian juga dalam dunia blogging, pertama kali
masuk, ane bingung ini web kudu dikemanain, digimanain, dibikinin apa,
dst. Otak blank kawan, tapi ya itu tadi ; think, think, think, dan TING!
Ada inner sound yang bilang kayak gini : “Kenapa gak ente lihat aja
blog-blog yang dah jadi?” Hmmmm…bener juga ya. Dan itulah tips awal bagi
blogger yang sedang ngalami kesusaha seperti yang ane rasakan.
Ntar copy-paste? Nah, ini beda urusan bro-sis. Ngopi-paste itu khan
bagi pemalas, dan blogger dilarang keras melakukan hal tersebut. ATM
tidak seperti copy-paste, sangat berbeda. ATM adalah usaha untuk
mengambil “nilai-nilai” global sebuah web, lalu menerapkan hal itu dalam
blog kita.
Misalnya begini : rata-rata blog travel yang jualan tiket,
tampilannya datar-datar saja (promosi di taruh di depan, contact
perusahaan terpampang dengan jelas, dkk) Istilahnya : me first and than
you…Blog macam begini untuk pemula seperti ane, ya bisa hancur dimakan
zaman. Lha wong agen travel yang besar itu sudah kayak “gak butuh”
konsumen, makanya dia selalu membahas diri mereka saja.
Di satu sisi, ane juga sering berkunjung ke blog para penulis cerita
dan stand up comedian. Blog mereka rame banget, bahasannya lucu-lucu,
konyol, absurd, mereka juga dapat pendapatan dari buku, iklan, film,
dan undangan menghibur penonton. Pokoknya rata-rata mereka bisa menggaet
massa dan mempromosikan diri mereka dengan tepat.
Nah, ane bisa mengambil “hikmah” dari fenomena diatas. Ane cari
formulasi baru yakni ; bagaimana nih ngebangun blog traveling yang nota
bene adalah jualan tiket, dicampur dengan gaya-gaya baru macam blog
milik stand up comedian? Ih, rasanya kok risih ya : niatannya jualan
tiket tapi bangun artikel bermutu. Cih! Munafik.
Ane sendiri pernah ada pikiran seperti itu. Nulis bagus-bagus
tujuannya adalah moneytize. Gitu-gitu aja, siklusnya begitu. Jawabannya
ane : ane juga punya cicilan bro-sis, ane juga perlu uang, dan ane juga
bekerja untuk mencari uang. Ngeblog ini pun ane punya harapan supaya
jadi duit (ane gak munafik), tapi ane tempatkan uang itu di lini paling
belakang. Lini paling depan adalah : enjoy berbagi dengan ngegblog. Itu
saja. Masalah hasil, masih jadi rahasia Yang Maha Mengecat Lombok. Itu
area abu-abu yang enaknya dibiarin saja dan diserahkan kepada-Nya.
Balik lagi ke permasalahan blog role. Dengan membaca blog
kesana-kemari plus menerapkan konsep ATM, kita akan bisa merumuskan blog
macam apa yang bisa kita kerjakan.
b. Hei, nulis itu kerja bro, kayak nawarkan di dunia nyata.
Konsep bisnis ane sederhana ; semakin banyak ketemu pasar yang tepat,
semakin besar pula kesempatan untuk menjual barang. Sesimple itu, nah,
biasanya dalam berbisnis, pertama-tama yang ane lakukan adalah menjaring
konsumen. Dengan apa? Cara yang paling ane sukain adalah : door to
door.
Gak tahu ya, ane suka sekali ketemu dengan orang. Bawa brosur,
berbicara dengan mereka tentang produk yang ane punya, ane coba bangun
pertemanan dari situ. Produk itu yang kedua, silaturahmi itu yang
pertama. Dengan begitu, Alhamdulillah banyak juga teman berbekal dari
kenekatan door to door tersebut.
Lalu muncullah internet marketing.
Ane juga bingung, kenapa kok orang-orang yang bergerak di dalam dunia
ini bisa ngeklaim berpendapatan “wah” dsb. Dan ternyata, mereka
memanfaatkan booming internet untuk mengedukasi orang agar bertindak
sesuai dengan apa yang mereka ingingkan.
Bagi ane sih, ane gak percaya yang instan-instan. Segalanya butuh
proses. Dengan adanya internet itu, waktu bisa dipangkas. Percepatan
dimaksimalkan. Tapi tetap saja berlaku hukum-hukum normal offline
disitu. Misalnya : kerja keras, kerja cerdas, tajam dalam menangkap
peluang, kualitas sebuah tulisan, original content, dll.
Makanya mindset awal memasuki dunia blogging bagi ane adalah :
sama-sama dibutuhkan kerja keras, and tidak ada itu jalan pintas menuju
keberhasilan. Titik.
c. Original Content, asli itu indah, dan asli itu gak sulit.
Menyambung urusan kerja keras diatas kawan, ngeblog itu juga kerja
keras lho. Apalagi dikaitkan dengan keaslian. Itu urusan nomor satu
bro-sis. Copy-paste hanyalah cara malas untuk menuju sukses, dan itu
macam jalan singkat. Masalahnya : tidak ada jalan pintas menuju sukses.
Jadi yang masih copy-paste, siap-siap saja memuaskan computer, tapi
tidak pernah memuaskan pembaca.
Kadang orang bilang : “Gimana supaya punya karya asli? Karya hebat?
Dkk”, “rasanya sulit banget mas bro,” “Karena sulit itulah ane copy
paste,” Dan seabgreg alasan lain. Kawan, menjadi kreatif adalah harga
mati di dunia blogging. Dan kreatifitas itu gak harus muncul dari dalam
diri sampeyan kok. Kreatifitas itu bisa karena menggabungkan dua hal
yang berbeda. Sumber untuk menjadi kreatif bertebaran di lini masa.
Hanya orang-orang yang punya niatan saja yang bisa mengolahnya menjadi
ide baru nan segar.
Menurut ane, ane tanamkan dulu prinsip-prinsip ini dalam-dalam : ane
ogah nyuri karya orang lain, ane cantumin sumbernya, ane klik itu banner
iklan setelah mendapatkan informasi dari blog A, gimana-gimana kudu ada
hal lain dari sumber yang ane cantumin, hal baru-hal baru-hal
baru…..Terus demikian…Sikap seperti ini akan memaksa otak ane berputar
untuk menemukan jalan gimana supaya menuliskan karya baru, atau paling
tidak memiliki “hal lain” dari sumber yang ane comot.
d. Pengukuran/parameter yang jelas. Nah, Ane
sudah punya blog (www.tiketlia.wordpress.com) , sudah punya account
twitter, sudah punya account facebook, sudah ada tulisan, sudah punya
target penulisan, sudah sebar kartu nama, segala iktiyar sudah
dilakukan. Berikutnya adalah “mengukur” bagaimana usaha yang udah
dilakukan tersebut.
Mengukur apa yang sudah dilakukan adalah bentuk introspeksi diri ;
sejauhmana pekerjaan yang sudah dilakukan, dan sisi mana lagi yang perlu
diperbaiki untuk kemajuan perusahaan ane.
Bagusnya, pengukuran ini
dilakukan bulanan. Macam ada hari khusus antara awal bulan dan akhir
bulan untuk merumuskan dan mencatat apa saja yang perlu diperbaiki dan
ditingkatkan. Layaknya kegiatan di dunia nyata (offline), kegiatan
online juga perlu diawasi agar pemanfaatannya jadi tepat sesuai dengan
tujuan awal membangun sebuah blog.
Untuk hal ini, ajukan-ajukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan
jelas. Beberapa pertanyaan adalah : berapa trafficnya, apa saja artikel
yang disukai, darimana datangnya traffic yang paling besar,
Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk membangun blog menjadi lebih
baik, lebih akurata, lebih terpercaya, dan membuat betah banyak orang
untuk hidup di dalam start up yang udah kita bikin.
e. Tetap Nol. Hidup itu kadang ditakuti dengan
resiko dan diberanikan dengan harapan. Dua-duanya salah. Terlalu takut
ndak bagus, terlalu berharap juga bodoh. Mengimbangi antara dua hal itu
tak lain adalah selalu berusaha dekat dengan Yang Maha Mengecat Cabe.
Mendekatkan diri dengan-Nya berarti pasrah dan memasrahkan apa yang
udah kita perbuat. Tidak sedih pun juga tidak terlalu senang, sumringah
boleh tapi juga tidak terlalu terbujuk ke dalam relung kepedihan. Untuk
hal ini, ane kutipkan tulisan Mas Jaya Setiabudi setelah ketemu sama Bob
Sadino. Petikannya adalah sebagai berikut :
“Yang saya dapatkan (akibat) dari ‘zero’ adalah, saya tidak memilki rasa takut akan masa depan saya, titik!”
Online atau Offline, ujung-ujungnya adalah sebuah pengabdian hidup untuk menjemput Yang Maha Hidup.