Jumat, 29 Agustus 2014

Lha Terus Ane Kudu Gimana Gan?

"Harus mengajukan perimntaan apa kepada Tuhan? Bukankah manusia cenderung mnta apa saja kepada Tuhan sehingga terkesan dia sendiri malas berusaha? Saya tidak mau Tuhan mengejek saya sebagai orang yang bisanya hanya berdoa. Saya tidak mau Tuhan mengatakan kepada saya : Untuk apa kamu saya beri otak kalau sedikit-sedikit masih juga minta kepada-Ku?" Dahlan Iskan(Ganti Hati)


Kutipan dari Dahlan Iskan diatas sengaja ane cantumkan untuk mengusik diri ane sendiri. Bahwa, segala sesutu juga kudu dilakukan dengan kemampuan diri sendiri, tidak hanya dengan doa-doa- dan doa melulu.


Ane bukan menafikan doa, apalagi ana adalah orang yang percaya keberdaan Tuhan. Tapi kadang ane menempatkan porsi tidak pada tempatnya, ane kadang bingung dan menyalhakan apa yang kudu disalahkan. Menyalahkan keadaan, menyalahkan situasi dan kondisi, dan menyalahkan siapapun yang kudu ane salahkan. Padahal sebenarnya tidak ada yang salah, yang salah adalah diri ane sendiri.


Orang seperti ane tidak sadar akan kemampuan diri ane sendiri. Okelah, sekarang Anda bisa menyimak kalo sebenarnya ane suka menulis, nah itu kemampuan. Tapi ane gak sadar akan hal itu. Di lain pihak, ane semacam punya semangat marketing tinggi, suka door to door untuk memasarkan barang orang lain. Lalu mengapa ane gak ciptakan barang sendiri yang bisa dijual sendiri dan di menej sendiri?


Keberanian untuk mengakui kemampuan seperti itu adlaah kelemahan. Ujunng-ujungnya adalah hilangnya kesadaran bahwa sebenarna ada banyak kemampuan pada diri ane. Dan itu kawan, uniknya, setiap manusia PASTI punya kelebihan berbeda-beda. Cuman masalahnya pandangan mata, hati dan kesadaran seringkali kabur untuk menilai bagaimana sebenanya diri kita masing-masing.


Saat pandangan kabur seperti itulah, ane sendiri butuh cermin untuk berkontemplasi. Cermin itu bisa dari diri sendiri, bisa juga dari kritik orang lain, bisa juga dari sebuah kejadian  yang menggugah kesadaran. Cermin itu banyak sekali, tinggal pintar-pintar kita saja untuk berhenti sejenak, menelaah kembali, dan mengambil hikmah darinya.


Dan bagi ane, cermin itu datang malam hari kemaren. Saat ane dicuci habis-habisan oleh teman. Dia tidak mengkritik saya, dia menceritakan dirinya sendiri dan dari kritikannya itulah ane dapat sesuatu yang menggugah, sesuatu yang membuat ane bangkit untuk pertama kalinya.


Kemaren malam adalah tonggak pertama saya menjadi berani. Tangguh untuk mengambil resiko. Dan resiko itu bernama : kebangkrutan.


Dari sini, ane dapat sesautu, apa itu? Untuk menjadi seorang yang sukses, kudu mengambil langkah berani. KIta pun tak tahu, apakah langkah itu benar atau salah toh kejadian setelahnya kita juga tidak akan pernah tahu. Tapi keputusan untuk mengambil langkah tertentu adalah sebuah bentuk usaha pribadi untuk mengadu nasib dan menjalani takdir.


Apakah takdir saya akan bangkrut? Who knows, atau malah akan berhasil? Who knows too...Semuanya masih menjadi rahasia. Yang bisa saya sediakan adalah : keterampilan untuk mengelola diri menjadi berhasil. Kalo pun sudah dikelola dan gak berhasil, itu urusan lain, berarti takdir menyuruh saya untuk sumeleh dalam sebuah bidang yang saya tekuni.


Singkat kata, insiprasi kemaren malam adalah : membuat produk sendiri. Inilah yang kudu ane lakukan dengan segera. Bahwa produk yang mumpuni dan yang ane ketahui cara pembuatnanya dari A-Z hingga distribusinya ada di tangan saya. Ini adalah cikal bakal menjadi seorang pengusaha. Sukses atau gagal saya ndak tahu. Saya hanya akan menjalankan hal-hal yang "kiranya" membuat saya sukses.


Produk itu bernama pakan ternak. Dan kawan, inilah hal yang saya kerja sekarang. Mula-mula saya mendata, apakah ada sumberdaya yang bisa saya gunakan? Otak lalu bilang ; ada! Ane punya pick up, punya sebidang tanah untuk menumpuk barang dijadikan gudang. TInggal sekarang mencari rumput, jerami, dan biang bakterinya saja.


Kedua, ane juga mencanangkan untuk membeli mesin penggiling jerami yang harganya 3 jtua rupiah. Itu setara dengan gaji ane sebulan setengah bekerja sebagai sales. Ndak papa, toh itu juga merupakan investasi nyata.


Target ane pun gak muluk-muluk. Simple saja. Ane belum berpikiran untuik mengembangkan usaha ini jadi seperti PT Wonokoyo, Cheil Jeddang, Charoen Phokphand atau apalah, ane hanya simple saja dalam target. 


Kalo sampeyan tahu target ane, menghitung seluruh pengeluaran untuk setiap detail pupuk yang dihasilkan sekarung beserta alat-alatnya, dan mengembalikan modal dengan menjual pakan ternak tersebut. 


Yup, target ane adalah : BEP dahulu. Itu saja, dan itulah target ane satu-satunya sekarang. Mengitung biaya produksi, plus biaya pemsaran, plus juga biaya trasport dkk lalu mengembalikan itu semua sudah membuat saya menajdi puas.


Hal utama dari pembelajaran kemaren adalah : keberanian untuk menciptakan produk sendiri. Sebagai seorang usahawan, produk ini penting. Karena denganya kita mengais pundi-pundi rupiah.


Kalo Anda lihat, banyak sekali produk yang berseliweran dan itu diproduksi dari pabrik-pabrik besar. Kalo anda sekrang duduk di pinggir jalan, coba lihat : tepung untuk makanan itu diproduksi dimana, cabe, sayur-saryuran, meja, kursi, dll adalah potensi yang diproduksi besar-besaran. 


Hanya orang berani dan BERANI --ane ulang sekali lagi karena emang itu kuncinya--adalah orang yang bisa mengambil kesempatan dari hal tersebut.


Demikian catatanane untuk kali ini. Selamat siang. Selamat hari jumat.